Senin, 12 Januari 2015

SEJARAH BENAR WALI SONGO




SELAMATKAN GENERASI MUSLIM DARI PEMBODOHAN DAN KEBOHONGAN SEJARAH !!!
----
WALI SONGO UTUSAN KHALIFAH
Bisa dikatakan tak akan ada Islam di Indonesia tanpa peran khilafah. Orang sering mengatakan bahwa Islam di Indonesia, khususnya di tanah Jawa disebarkan oleh Walisongo. Tapi tak banyak orang tahu, siapa sebenarnya Walisongo itu? Dari mana mereka berasal? Tidak mungkin to mereka tiba-tiba ada, seolah turun dari langit?
Dalam kitab Kanzul ‘Hum yang ditulis oleh Ibn Bathuthah yang kini tersimpan di Museum Istana Turki di Istanbul, disebutkan bahwa Walisongo dikirim oleh Sultan Muhammad I. Awalnya, ia pada tahun 1404 M (808 H) mengirim surat kepada pembesar Afrika Utara dan Timur Tengah yang isinya meminta dikirim sejumlah ulama yang memiliki kemampuan di berbagai bidang untuk diberangkatkan ke pulau Jawa.
Jadi, Walisongo sesungguhnya adalah para dai atau ulama yang diutus khalifah di masa Kekhilafahan Utsmani untuk menyebarkan Islam di Nusantara. Dan jumlahnya ternyata tidak hanya sembilan (Songo). Ada 6 angkatan yang masing-masing jumlahnya sekitar sembilan orang. Memang awalnya dimulai oleh angkatan I yang dipimpin oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim, asal Turki, pada tahun 1400 an. Ia yang ahli politik dan irigasi itu menjadi peletak dasar pendirian kesultanan di Jawa sekaligus mengembangkan pertanian di Nusantara. Seangkatan dengannya, ada dua wali dari Palestina yang berdakwah di Banten. Yaitu Maulana Hasanudin, kakek Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Aliudin. Jadi, masyarakat Banten sesungguhnya punya hubungan biologis dan ideologis dengan Palestina.
Lalu ada Syekh Ja’far Shadiq dan Syarif Hidayatullah yang di sini lebih dikenal dengan sebutan Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati. Keduanya juga berasal dari Palestina. Sunan Kudus mendirikan sebuah kota kecil di Jawa Tengah yang kemudian disebut Kudus – berasal dari kata al Quds (Jerusalem).
Dari para wali itulah kemudian Islam menyebar ke mana-mana hingga seperti yang kita lihat sekarang. Oleh karena itu, sungguh aneh kalau ada dari umat Islam sekarang yang menolak khilafah. Itu sama artinya ia menolak sejarahnya sendiri, padahal nenek moyangnya mengenal Islam tak lain dari para ulama yang diutus oleh para khalifah.
Islam masuk ke Indonesia pada abad 7M (abad 1H), jauh sebelum penjajah datang. Islam terus berkembang dan mempengaruhi situasi politik ketika itu. Berdirilah kesultanan-kesultanan Islam seperti di Sumatera setidaknya diwakili oleh institusi kesultanan Peureulak (didirikan pada 1 Muharram 225H atau 12 November tahun 839M), Samudera Pasai, Aceh Darussalam, Palembang; Ternate, Tidore dan Bacan di Maluku (Islam masuk ke kerajaan di kepulauan Maluku ini tahun 1440); Kesultanan Sambas, Pontianak, Banjar, Pasir, Bulungan, Tanjungpura, Mempawah, Sintang dan Kutai di Kalimantan.
Adapun kesultanan di Jawa antara lain: kesultanan Demak, Pajang, Cirebon dan Banten. Di Sulawesi, Islam diterapkan dalam institusi kerajaan Gowa dan Tallo, Bone, Wajo, Soppeng dan Luwu. Sementara di Nusa Tenggara penerapan Islam di sana dilaksanakan dalam institusi kesultanan Bima. Setelah Islam berkembang dan menjelma menjadi sebuah institusi maka hukum-hukum Islam diterapkan secara menyeluruh dan sistemik dalam kesultanan-kesultanan tersebut.
PERIODE DAKWAH WALI SONGO
Kita sudah mengetahui bahwa mereka adalah Maulana Malik Ibrahim ahli tata pemerintahan negara dari Turki, Maulana Ishaq dari Samarqand yang dikenal dengan nama Syekh Awwalul Islam, Maulana Ahmad Jumadil Kubra dari Mesir, Maulana Muhammad al-Maghrabi dari Maroko, Maulana Malik Israil dari Turki, Maulana Hasanuddin dari Palestina, Maulana Aliyuddin dari Palestina, dan Syekh Subakir dari Persia. Sebelum ke tanah Jawa, umumnya mereka singgah dulu di Pasai. Adalah Sultan Zainal Abidin Bahiyan Syah penguasa Samudra Pasai antara tahun 1349-1406 M yang mengantar Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishaq ke Tanah Jawa.
Pada periode berikutnya, antara tahun 1421-1436 M datang tiga da’i ulama ke Jawa menggantikan da’i yang wafat. Mereka adalah Sayyid Ali Rahmatullah putra Syaikh Ibrahim dari Samarkand (yang dikenal dengan Ibrahim Asmarakandi) dari ibu Putri Raja Campa-Kamboja (Sunan Ampel), Sayyid Ja’far Shadiq dari Palestina (Sunan Kudus), dan Syarif Hidayatullah dari Palestina cucu Raja Siliwangi Pajajaran (Sunan Gunung Jati).
Mulai tahun 1463M makin banyak da’i ulama keturunan Jawa yang menggantikan da’i yang wafat atau pindah tugas. Mereka adalah Raden Paku (Sunan Giri) putra Maulana Ishaq dengan Dewi Sekardadu, putri Prabu Menak Sembuyu, Raja Blambangan; Raden Said (Sunan Kalijaga) putra Adipati Wilatikta Bupati Tuban; Raden Makdum Ibrahim (Sunan Bonang); dan Raden Qasim Dua (Sunan Drajad) putra Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati, putri Prabu Kertabumi Raja Majapahit.
Banyaknya gelar Raden yang berasal dari kata Rahadian yang berarti Tuanku di kalangan para wali, menunjukkan bahwa dakwah Islam sudah terbina dengan subur di kalangan elit penguasa Kerajaan Majapahit. Sehingga terbentuknya sebuah kesultanan tinggal tunggu waktu.

Hubungan tersebut juga nampak antara Aceh dengan Khilafah Utsmaniyah. Bernard Lewis menyebutkan bahwa pada tahun 1563M, penguasa Muslim di Aceh mengirim seorang utusan ke Istambul untuk meminta bantuan melawan Portugis sambil meyakinkan bahwa sejumlah raja di kawasan tersebut telah bersedia masuk agama Islam jika kekhalifahan Utsmaniyah mau menolong mereka.
Saat itu kekhalifahan Utsmaniyah sedang disibukkan dengan berbagai masalah yang mendesak, yaitu pengepungan Malta dan Szigetvar di Hungaria, dan kematian Sultan Sulaiman Agung. Setelah tertunda selama dua bulan, mereka akhirnya membentuk sebuah armada yang terdiri dari 19 kapal perang dan sejumlah kapal lainnya yang mengangkut persenjataan dan persediaan untuk membantu masyarakat Aceh yang terkepung.
Namun, sebagian besar kapal tersebut tidak pernah tiba di Aceh. Banyak dari kapal-kapal tersebut dialihkan untuk tugas yang lebih mendesak yaitu memulihkan dan memperluas kekuasaan Utsmaniyah di Yaman. Ada satu atau dua kapal yang tiba di Aceh. Kapal-kapal tersebut selain membawa pembuat senjata, penembak, dan teknisi juga membawa senjata dan peralatan perang lainnya, yang langsung digunakan oleh penguasa setempat untuk mengusir Portugis. Peristiwa ini dapat diketahui dalam berbagai arsip dokumen negara Turki.
Hubungan ini nampak pula dalam penganugerahan gelar-gelar kehormatan diantaranya Abdul Qadir dari Kesultanan Banten misalnya, tahun 1048 H (1638 M) dianugerahi gelar Sultan Abulmafakir Mahmud Abdul Kadir oleh Syarif Zaid, Syarif Mekkah saat itu. Demikian pula Pangeran Rangsang dari Kesultanan Mataram memperoleh gelar Sultan dari Syarif Mekah tahun 1051 H (1641 M ) dengan gelar Sultan Abdullah Muhammad Maulana Matarami. Pada tahun 1638 M, sultan Abdul Kadir Banten berhasil mengirim utusan membawa misi menghadap syarif Zaid di Mekah.
Hasil misi ke Mekah ini sangat sukses, sehingga dapat dikatakan kesultanan Banten sejak awal memang meganggap dirinya sebagai kerajaan Islam, dan tentunya termasuk Dar al-Islam yang ada di bawah kepemimpinan Khalifah Turki Utsmani di Istanbul. Sultan Ageng Tirtayasa mendapat gelar sultan dari Syarif mekah.
Hubungan erat ini nampak juga dalam bantuan militer yang diberikan oleh Khilafah Islamiyah. Dalam Bustanus Salatin karangan Nuruddin ar-Raniri disebutkan bahwa kesultanan Aceh telah menerima bantuan militer berupa senjata disertai instruktur yang mengajari cara pemakaiannya dari Khilafah Turki Utsmani (1300-1922).
Bernard Lewis (2004) menyebutkan bahwa pada tahun 1563 penguasa Muslim di Aceh mengirim seorang utusan ke Istanbul untuk meminta bantuan melawan Portugis. Dikirimlah 19 kapal perang dan sejumlah kapal lainnya pengangkut persenjataan dan persediaan; sekalipun hanya satu atau dua kapal yang tiba di Aceh.
Tahun 1652 kesultanan Aceh mengirim utusan ke Khilafah Turki Utsmani untuk meminta bantuan meriam. Khilafah Turki Utsmani mengirim 500 orang pasukan orang Turki beserta sejumlah besar alat tembak (meriam) dan amunisi. Tahun 1567, Sultan Salim II mengirim sebuah armada ke Sumatera, meski armada itu lalu dialihkan ke Yaman. Bahkan Snouck Hourgroye menyatakan, “Di Kota Makkah inilah terletak jantung kehidupan agama kepulauan Nusantara, yang setiap detik selalu memompakan darah segar ke seluruh penduduk Muslimin di Indonesia.” Bahkan pada akhir abad 20, Konsul Turki di Batavia membagi-bagikan al-Quran atas nama Sultan Turki.
Di istambul juga dicetak tafsir al-Quran berbahasa melayu karangan Abdur Rauf Sinkili yang pada halaman depannya tertera “dicetak oleh Sultan Turki, raja seluruh orang Islam”. Sultan Turki juga memberikan beasiswa kepada empat orang anak keturunan Arab di Batavia untuk bersekolah di Turki.
Pada masa itu, yang disebut-sebut Sultan Turki tidak lain adalah Khalifah, pemimpin Khilafah Utsmaniyah yang berpusat di Turki. Selain itu, Snouck Hurgrounye sebagaimana dikutip oleh Deliar Noer mengungkapkan bahwa rakyat kebanyakan pada umumnya di Indonesia, terutama mereka yang tinggal di pelosok-pelosok yang jauh di penjuru tanah air, melihat stambol (Istambul, kedudukan Khalifah Usmaniyah) masih senantiasa sebagai kedudukan seorang raja semua orang mukmin yang kekuasaannya mungkin agaknya untuk sementara berkurang oleh adanya kekuasaan orang-orang kafir, tetapi masih dan tetap [dipandang] sebagai raja dari segala raja di dunia. Mereka juga berpikir bahwa “sultan-sultan yang belum beragama mesti tunduk dan memberikan penghormatannya kepada khalifah.” Demikianlah, dapat dikatakan bahwa Islam berkembang di Indonesia dengan adanya hubungan dengan Khilafah Turki Utsmani.
Dengan demikian, keterkaitan Nusantara sebagai bagian dari Khilafah, baik saat Khilafah Abbasiyah Mesir dan Khilafah Utsmaniyah telah nampak jelas pada pengangkatan Meurah Silu menjadi Sultan Malikussaleh di Kesultanan Samudra-Pasai Darussalam oleh Utusan Syarif Mekkah, dan pengangkatan Sultan Abdul Kadir dari Kesultanan Banten dan Sultan Agung dari Kesultanan Mataram oleh Syarif Mekkah.
Dengan mengacu pada format sistem kehilafahan saat itu, Syarif Mekkah adalah Gubernur (wali) pada masa Khilafah Abbasiyah dan Khilafah Utsmaniyah untuk kawasan Hijaz. Jadi, wali yang berkedudukan di Mekkah bukan semata penganugerahan gelar melainkan pengukuhannya sebagai sultan. Sebab, sultan artinya penguasa. Karenanya, penganugerahan gelar sultan oleh wali lebih merupakan pengukuhan sebagai penguasa Islam. Sementara itu, kelihatan Aceh memiliki hubungan langsung dengan pusat khilafah Utsmaniyah di Turki.
KESIMPULAN
Jumlah dai yang diutus ini tidak hanya sembilan (Songo). Bahkan ada 6 angkatan yang dikirimkan, masing-masing jumlanya sekitar sembilan orang. (Versi lain mengatakan 7 bahkan 10 angkatan karena dilanjutkan oleh anak / keturunannya)
Para Wali ini datang dimulai dari Maulana Malik Ibrahim, asli Turki. Beliau ini ahli politik & irigasi, wafat di Gresik.
- Maulana Malik Ibrahim ini menjadi peletak dasar pendirian kesultanan di Jawa sekaligus mengembangkan pertanian di Nusantara.
- Seangkatan dengan beliau ada 2 wali dari Palestina yg berdakwah di Banten; salah satunya Maulana Hasanudin, beliau kakek Sultan Ageng Tirtayasa.
- Juga Sultan Aliyudin, beliau dari Palestina dan tinggal di Banten. Jadi masyarakat Banten punya hubungan darah & ideologi dg Palestina.
- Juga Syaikh Ja'far Shadiq & Syarif Hidayatullah; dikenal disini sebagai Sunan Kudus & Sunan Gunung Jati; mereka berdua dari Palestina.
- Maka jangan heran, Sunan Kudus mendirikan Kota dengan nama Kudus, mengambil nama Al-Quds (Jerusalem) & Masjid al-Aqsha di dalamnya.
(Sumber Muhammad Jazir, seorang budayawan & sejarawan Jawa , Pak Muhammad Jazir ini juga penasehat Sultan Hamengkubuwono X).
Adapun menurut Berita yang tertulis di dalam kitab Kanzul ‘Hum karya Ibnul Bathuthah, yang kemudiah dilanjutkan oleh Syekh Maulana Al Maghribi.
Sultan Muhammad I itu membentuk tim beranggotakan 9 orang untuk diberangkatkan ke pulau Jawa dimulai pada tahun 1404. Tim tersebut diketuai oleh Maulana Malik Ibrahim yang merupakan ahli mengatur negara dari Turki.
Wali Songo Angkatan Ke-1, tahun 1404 M/808 H. Terdiri dari:
1. Maulana Malik Ibrahim, berasal dari Turki, ahli mengatur negara.
2. Maulana Ishaq, berasal dari Samarkand, Rusia Selatan, ahli pengobatan.
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, dari Mesir.
4. Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maroko.
5. Maulana Malik Isro’il, dari Turki, ahli mengatur negara.
6. Maulana Muhammad Ali Akbar, dari Persia (Iran), ahli pengobatan.
7. Maulana Hasanudin, dari Palestina.
8. Maulana Aliyudin, dari Palestina.
9. Syekh Subakir, dari Iran, Ahli ruqyah.
Wali Songo Angkatan ke-2, tahun 1436 M, terdiri dari :
1. Sunan Ampel, asal Champa, Muangthai Selatan
2. Maulana Ishaq, asal Samarqand, Rusia Selatan
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, asal Mesir
4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi, asal Maroko
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Gunung Jati, asal Palestina
7. Maulana Hasanuddin, asal Palestina
8. Maulana 'Aliyuddin, asal Palestina
9. Syekh Subakir, asal Persia Iran.
Wali Songo Angkatan ke-3, 1463 M, terdiri dari:
1. Sunan Ampel, asal Champa, Muangthai Selatan
2. Sunan Giri, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, asal Mesir
4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi, asal Maroko
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Gunung Jati, asal Palestina
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim
Wali Songo Angkatan ke-4,1473 M, terdiri dari :
1. Sunan Ampel, asal Champa, Muangthai Selatan
2. Sunan Giri, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim
3. Raden Fattah, asal Majapahit, Raja Demak
4. Fathullah Khan (Falatehan), asal Cirebon
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Gunung Jati, asal Palestina
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim
Wali Songo Angkatan ke-5,1478 M, terdiri dari :
1. Sunan Giri, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim
2. Sunan Muria, asal Gunung Muria, Jawa Tengah
3. Raden Fattah, asal Majapahit, Raja Demak
4. Fathullah Khan (Falatehan), asal Cirebon
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Syaikh Siti Jenar, asal Persia, Iran
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim
Wali Songo Angkatan ke-6,1479 M, terdiri dari :
1. Sunan Giri, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim
2. Sunan Muria, asal Gunung Muria, Jawa Tengah
3. Raden Fattah, asal Majapahit, Raja Demak
4. Fathullah Khan (Falatehan), asal Cirebon
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Tembayat, asal Pandanarang
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim
Syamsul Arifin, berbagai sumber

LARON....


ADA pemandangan menarik yang bisa disimak dari perilaku serangga yang bernama laron. Sebuah perilaku aneh terjadi ketika laron menemukan cahaya. Secara massal, ribuan laron berbondong-bondong terbang menuju lampu panas. Mereka berebut menabraknya. Dan “Tak!” Laron-laron itu pun mati bergiliran.
Sulit mencari penjelasan kenapa laron senekat itu. Dan itu terus berulang dari generasi ke generasi. Tanpa sedikit pun mengambil pelajaran dari pengalaman generasi sebelumnya. Padahal, naluri makhluk hidup selalu menginginkan kehidupan bertahan selamanya. Apa laron tidak suka kehidupan. Mustahil.
Justru, pelajaran laron bisa berharga buat manusia. Sepertinya, wallahu a’lam, Allah swt. mengajarkan manusia untuk berpikir lewat perilaku laron. Jangan seperti laron, karena itu bisa membahayakan.
Serangkaian perilaku itu antara lain. Laron salah menafsirkan: dari dunia gelap ke dunia terang. Suasana gelap dalam rongga-rongga kayu yang selama ini mengungkung, menumbuhkan euforia dahsyat tentang terang. Terang menjadi sangat sangat menarik. Tanpa mengkaji sedikit pun tentang terang, mereka terus berkerumun di tengah terang yang secara kebetulan mereka temukan. Dan demi terang itu, mereka kemudian mati.
Sepertinya, laron juga kurang kritis tentang nilai mayoritas. Kalau banyak yang menuju huruf A; maka A menjadi benar, dan menjadi pilihan terbaik. Padahal, tidak semua yang kebanyakan itu benar. Dan sebaliknya, tidak semua yang sedikit itu salah. Nilai benar salah, baik buruk tidak berbanding lurus dengan banyak sedikit.
Dan terakhir, laron kurang membuka mata kalau aktivitas hidup bukan terkungkung pada dua garis besar: gelap terang. Hitam putih. Karena Allah melengkapi hidup ini dengan keindahan seribu satu warna. Tapi, jadikan putih tetap sebagai dasar semua warna. Dan memang kenyataannya, semua warna itu jika bergabung akan menghasilkan putih. [m nuh/islampos]

MUSIM DINGIN DI GAZA





Sabtu, 10/01/2015 18:54 WIB
Tragis! Cuaca Dingin di Gaza Tewaskan 2 Bayi Palestina
Novi Christiastuti Adiputri - detikNews

Gaza City - Musim dingin yang tengah melanda wilayah Jalur Gaza memakan korban jiwa. Dua bayi Palestina dilaporkan tewas kedinginan di wilayah tersebut.

Seperti dilansir AFP, Sabtu (10/1/2015), seorang bayi perempuan berusia 2 bulan di kota Khan Yunis, Gaza meninggal dunia pada Jumat (9/1) karena penyakit yang dipicu cuaca dingin.

"Terganggunya paru-paru yang disebabkan oleh cuaca dingin," ucap juru bicara Kementerian Kesehatan, Ashraf al-Qudra.

Sedangkan seorang bayi laki-laki berusia 1 bulan yang juga berasal dari kota Khan Yunis, meninggal dunia pada Sabtu (10/1). Namun sayangnya Qudra tidak menjelaskan lebih detail penyebab kematian bayi malang ini.

Departemen Pertahanan Sipil Gaza menyebutkan, puluhan rumah warga Palestina di wilayah pantai Gaza dilanda banjir akibat badai yang membawa hujan dingin dan angin kencang. Wilayah yang terkena banjir paling parah ialah Rafah yang terletak di dekat perbatasan Mesir.

"Setelah hujan sangat lebat, rumah-rumah warga dilanda banjir hingga mencapai kedalaman 1 meter di satu lokasi dan 1,5 meter di lokasi lainnya," juru bicara Departemen Pertahanan Sipil Gaza.

Warga setempat yang terkena banjir, terpaksa dievakuasi ke sekolah-sekolah setempat. Sedangkan beberapa warga lainnya yang terjebak banjir berhasil diselamatkan dengan menggunakan kapal nelayan yang berukuran kecil.

Otoritas Palestina di Tepi Barat telah menetapkan situasi darurat di seluruh wilayah Palestina ketika badai melanda pada Rabu (7/1) lalu.

Situasi semakin parah bagi warga Palestina karena lebih daru 100 ribu rumah warga di Gaza hancur atau rusak akibat serangan udara Israel selama 50 hari pada pertengahan tahun 2014 lalu. PBB mencatat, sekitar 17 ribu warga Palestina masih hidup dalam pengungsian.

MUSIM DINGIN DI SURIYAH










REPUBLIKA.CO.ID, GENEWA -- Musim dingin mendekat, jutaan pengungsi dari Suriah dan Irak terancam terjebak tanpa perlindungan. Pada Selasa (11/11), Lembaga Pengungsian PBB, UNHCR merilis jumlah pengungsi dari dua negara yang sedang krisis ini mencapai 13,6 juta orang, hampir setara dengan populasi penduduk London.

Sebagian besar mereka menderita kekurangan bahan makanan dan tempat tinggal untuk berlindung. Direktur UNHCR untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Amin Awad mengatakan dunia tidak lagi peduli dengan kebutuhan para pengungsi.

‘’Sekarang ketika kita membicarakan jutaan orang yang mengungsi dalam dua bulan, atau sekitar 500 ribu orang tiap malamnya, dunia tidak bergeming,’’ kata dia pada wartawan di Genewa, dikutip Reuters.

Jumlah 13,6 juta orang itu termasuk 7,2 juta orang dari Suriah, diatas perkiraan PBB sebesar 6,5 juta orang. Di Irak, jumlah pengungsi mencapai 1,9 juta orang pada tahun ini karena aksi pertempuran dengan ISIS. Jumlahnya menambah satu juta pengungsi lain yang sebelumnya telah diselamatkan. Sementara, 190 ribu dikabarkan melarikan diri dari Irak untuk mencari keselamatan.

Sebagian besar pengungsi Suriah melarikan diri ke Lebanon, Yordania, Irak atau Turki.

‘’Harusnya kita malu pada mereka (negara-negara tersebut) karena membantu para pengungsi. Negara lain di dunia, terutama Eropa dan sekitarnya, harus membuka perbatasan mereka dan berbagi,’’ kata Awad



Suriyah Dalam Musim Dingin

Negara2 timur tengah sedang dilanda musim dingin. Tidak terkecuali terjadi di daerah2 koflik seperti, Iraq, Palestina, dan Suriyah.

(Arrahmah.com) – Penderitaan yang dialami oleh kaum Muslimin di Suriah tidak jelas kapan berakhirnya. Sesungguhnya apa yang dialami kaum muslimin di Suriah merupakan ujian bagi kamu muslimin yang lainnya. Ujian, apakah umat islam akan segera bangkit mewujudkan ukhuwwah islamiyah atau justru sebaliknya, merasa tidak mempunyai kaitan antara derita mereka dengan dirinya, dan tidak mempedulikannya. Padahal sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman, yang artinya,

“Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang” (QS. AL Anfal: 73)

Ayat ini menegaskan jika umat islam tidak mewujudkan hakikat ukhuwwah islamiyyah maka akan terjadi kekacauan dan kerusakan di muka bumi. Kesadaran inilah yang harus selalu dijelaskan kepada setiap kaum muslimin sehingga sekat-sekat kebangsaan akan memudar dan keyakinan bahwa hanya akidahlah yang mengikat persaudaraan kaum muslimin.

“Kaum muslimin harus menjadi satu bagian yang tidak boleh satu sama lain terpisahkan”, demikian pesan Ustadz Farid Ahmad Okbah dalam sebuah kampanye SavetheChildrenofSyria melalui gerakan infaq 100 ribu untuk muslim Suriah.

Beliau sangat mengapresiasi program yang dijalankan oleh Syam Organizer tersebut. Menurut beliau, fokus terhadap kepedulian nasib anak-anak dan muslim Suriah menjadi pilihan amal shalih terbaik bagi siapapun terlebih Save the Children of Syria menjadi perhatian khusus dan keharuan keprihatinan yang dapat menyadarkan dan menggugah mata hati kaum muslimin untuk berbagi hati, jiwa dan materi untuk peduli akan penderitaan mereka.

“Mari kita selamatkan anak-anak Suriah agar mereka terhindar dari apa saja yang merusak masa depan mereka”, lanjutnya.

Beliau juga menyampaikan bahwa Save the Children of Syria sebagai langkah solidaritas kemanusiaan pada anak-anak muslim Suriah menjadi pesan energi semangat dan optimisme kesungguhan akan perhatian yang harus disampaikan pada kaum muslimin. Semangat dan optimisme beliau sampaikan pada hadirin sebagai apresiasi kecintaan akan kepeduliaan terhadap sesama muslim yang terdzhalimi di Suriah pada Rakernas ke 4 Syam Organizer di Villa Jati Emas Hijau, Cisarua Bogor beberapa waktu yang lalu.

Hanya Rp 100 ribu

Masih jelas dalam ingatan kisah tragis yang menimpa seorang bocah yang meninggal karena kedinginan. Tubuhnya kaku. Tangannya menggapai ke udara dan tak bisa kembali lagi. Kaku dan beku. Hawa dingin telah merenggut anak itu di saat , sebagian besar kaum muslimin yang ada dibelahan lain dari bumi ini,

Sedang menikmati keindahan alam dan bersenang senang dengan keluarga.
Bercanda ria dengan keluarga seolah kebahagiaan itu memang hanya kita yang layak punya
Salju dan suhu yang membekukan itu kini akan kembali lagi meliputi Suriah. Dimana jutaan kaum muslimin hanya mempunyai tenda-tenda dengan daun-daun kering sebagai atapnya dan rumput ilalang sebagai dindingnya.

Tentu semua tidak ingin hal itu terjadi lagi. Tentu kaum muslimin tidak rela kematian karena dingin salju yang menusuk menimpa saudaranya di Suriah. Tentu siapa pun, yang masih punya rasa akan segera ulurkan tangan untuk menghangatkan beku mereka, dengan segala cara. Yah, dengan segala cara. Karena derita mereka adalah derita kita, tangis mereka adalah tangis kita, dan dingin yang menusuk itu harusnya juga terasa pada diri kita.

Karenanya,
mengingat musim dingin akan kembali melingkupi bumi Suriah
mengingat anak-anak Suriah tidak boleh kehilangan masa depan
mengingat ukhuwwah islamiyyah menuntut untuk diwujudkan

Syam Organizer mengajak kaum muslimin semua untuk;
bahu membahu menyisihkan rezekinya untuk membantu anak-anak Suriah di musim dingin 2014
menggelorakan infaq 100 ribu untuk membantu anak-anak Suriah di musim dingin 2014
mengabarkan kepada semua umat islam dimana pun mereka berada akan derita saudaranya di Suriah

Kirim donasi Anda ke rekening:
Bank Syariah Mandiri, No Rekening 7068692088 atas nama Yayasan Amal Syam Abadi
Tambahkan transfer dengan menambahkan 2000 di digit terakhir.
Konfirmasi setelah transfer SMS ke no +62878 3959 0200
dengan format SMS: nama/kota/besardonasi
Contoh: Abidin/Surabaya/Rp 5.002.000

Semoga Allah mudahkan semua langkah kita dalam menuju ridlo-Nya. (azm/syamor/arrahmah.com)

Kamis, 01 Maret 2012

SENJA ITU TELAH DATANG

Senja ternyata telah beranjak datang........ apakah dia menanti kita untuk menghadapinya???....
Ternyata tidak. .. Kita dipaksanya untuk menghadapinya, siap tidak siap. ..........
Selesai tidak selesai kumpul..... begitu kata guru kita dulu. ... Mungkin begitu juga yang akan dikatakan Allah, ketika waktu kita sudah selesai.....
Tapi ternyata masih ada peringatan akhir..... yaitu "Senja". Ketika kita capek ..... itulah senja.  Ketika kita sakit..... itulah senja.  Ketika kita jatuh ....itulah senja.  Ketika kita ngantuk .....itulah senja. Ketika kita pensiun ..... itulah senja dan ketika kita tua ...... itulah senja. Tapi .... bukan masalah senja yang datang.  Masalahnya adalah sudah benarkah kita menghadapinya????
Jika kita tidak juga sadar dengan cara teguran seperti itu.... teguran seperti apa lagi yang akan merubah kita???  Senja adalah teguran terakhir... masih ada waktu untuk berubah walau sebentar... masih ada waktu....
Jadi... saudaraku, manfaatkanlah teguran terakhir ini... ketika kita menghadapinya dengan benar, ketika kita telah siap menghadapinya, berarti kita telah siap menghadapi malam yang panjang, yang tidak akan kembali siang kecuali siang itu adalah kiamat.  Siang itu adalah akhirat. Dimana disaat itu semuanya sudah terlambat. Kita tidak akan kembali lagi walaupun sesaat.
Nah ... saudaraku itulah senja......
Mudah-mudahan kita semua selamat dari pagi, siang, senja, dan bahkan dikala malam menjelang, disaat waktunya kita istirahat. Disaat waktunya kita menikmati tidur panjang yang menyenangkan .... Insya Allah....
Amiiin ya Rob.

Selasa, 21 Februari 2012

kawan...... inilah hasil usaha untuk hari ini..... fuiiih capek tapi Alhamdulillah.


Assalamu'alaikum, wr. wb.
hari ini begitu panjang untuk diceritakan, ada kalanya kita sendiri dan bicara dengan otak kita sendiri, berperang dengan hati kita sendiri, ada kalanya yang buruk kita kerjakan, adakalanya yang baik kita lakukan. kadang pula kita bersama kawan, orang tua, adik kakak, istri, bahkan anak atau cucu. HHHmmmmm. itulah hidup, selalu bergerak walau kita diam. tidak peduli kita bekerja atau diam, hidup akan terus melewati kita tanpa bisa kita perintahkan untuk STOP!!!. dia bahkan berlalu begitu saja. ....... begitu dia berhenti.... maka selesailah sudah... kita pun tidak juga bisa memerintahkannya untuk jalan... jalan... JALAN... tolonglah hidup... berikan aku kesempatan sebentar saja...... sia-sia.... dia sekali lagi TIDAK AKAN BERGERAK.... karena ia telah ...........mati.
Wassalam.....